Sabtu, 20 Juni 2015



my first book, launching at Penemas Hotel 06 Mai '015


KOLABORASI METODE MENGAJAR
SEBAGAI
ALTERNATIF PEMBELAJARAN



                                     
BAB I
PENDAHULUAN
A.     Latar Belakang Masalah
            Pendidikan pada dasarnya adalah usaha sadar manusia untuk  menumbuh  kembangkan potensi Sumber Daya Manusia (SDM)  melalui kegiatan pengajaran. Hakim (2008:142) mengemukakan terdapat tiga unsur penting yang  memberi  pengaruh terhadap keberhasilan suatu pengajaran, yaitu “ Pengalaman belajar yang dimiliki sebelum proses belajar, situasi lingkungan yang member sangan, dan respon seseorang terhadap rangsangan tersebut”. Konsep kependidikan yang berkaitan dengan hal pengajaran, yaitu belajar  ( learning )  dan pembelajaran ( intruction ). Konsep belajar berakar pada pihak peserta didik dan konsep pembelajaran berakar pada pihak pendidik.
              Melalui proses belajar mengajar (PBM) diharapkan terjadi interaksi antara peserta didik dan pendidik. Peserta didik adalah seseorang atau sekelompok orang sebagai , penerima pelajaran yang diberikan, sedangkan pendidik adalah seseorang atau sekelompok orang yang berprofesi sebagai pelaksana/yang menjalankan kegiatan belajar mengajar dan seperangkat peranan lainnya yang memungkinkan berlangsungnya kegiatan belajar mengajar yang efektif. Kegiatan belajar mengajar melibatkan beberapa komponen, diantaranya yaitu peserta didik, guru (pendidik), tujuan pembelajaran, isi pelajaran, metode mengajar, media dan evaluasi.
              Tujuan pembelajaran merupakan sasaran yang diharapkan dari suatu proses, yaitu berupa perubahan prilaku dan tingkah laku yang positif dari peserta didik setelah mengikuti kegiatan belajar mengajar, seperti : perubahan   yang   secara   psikologis  akan  tampil  dalam tingkah laku (over behaviour) yang dapat diamati melalui alat  indera  oleh  orang lain baik tutur katanya, motorik dan gaya hidupnya. Pada prinsipnya tujuan  pembelajaran yang diharapkan oleh seorang pendidik adalah maksimal, untuk itu ada beberapa hal  yang perlu diperhatikan oleh pendidik, salah satu diantaranya yang menurut penulis penting untuk dikaji adalah tentang metodologi mengajar yang digunakan oleh pendidik dalam menyampaikan pesan-pesan pendidikan.
              Mengajar dan metode merupakan istilah kunci yang hampir tak pernah luput dari pembahasan dalam bidang pendidikan karena keduanya memiliki hubungan yang sangat erat.
              Metodologi mengajar dalam dunia pendidikan perlu dimiliki oleh pendidik, karena keberhasilan Proses Belajar Mengajar (PBM) bergantung pada cara/mengajar gurunya. Jika cara mengajar gurunya baik menurut siswa, maka siswa akan tekun, rajin, antusias menerima pelajaran yang diberikan, sehingga diharapkan akan terjadi perubahan  tingkah laku pada siswa baik dalam hal pengetahuannya, tutur katanya, sopan santunnya, motorik dan gaya hidupnya.
              Secara teoritis metodologi mengajar banyak ragamnya, oleh karena itu kita sebagai pendidik tentu harus memiliki metode mengajar yang beraneka ragam, agar dalam proses belajar mengajar kita tidak hanya terpaku kepada satu metode saja, tetapi harus divariasikan, bahkan seorang pendidik sudah seharusnya mampu menciptakan metode mengajar sendiri,  yaitu disesuaikan dengan tipe belajar siswa dan kondisi serta situasi yang ada pada saat itu, sehingga tujuan pengajaran yang telah dirumuskan oleh pendidik dapat terwujud/tercapai.
              Sejalan dengan begitu pentingnya metode mengajar dalam pembelajaran maka penulis tergugah untuk menyampaikan sekelumit pengalaman dalam mengajarkan materi Kimia melalui metode dasar bermain peran, yang kemudian dimodifikasi sesuai kondisi dan situasi siswa. Pada sisi yang lain mengingat ilmu kimia kerap berhubungan dengan materi yang dapat dipraktikkan, penulis juga mengemukakan dalam hal ini berupa penyampaian materi praktikum dengan menggunakan bahan-bahan yang bersumber dari alam sekitar kita, sebagai alternatif pembelajaran yang penulis lakukan, sehingga tercapai tujuan belajar dengan berbagai cara.



BAB  II
LANDASAN TEORITIS

1.  Makna Metodologi Pembelajaran
          Metodologi berasal dari bahasa Latin " Meta " dan " Hodos " meta artinya jauh (melampaui), Hodos artinya jalan (cara), oleh karena itu metodologi dapat dikatakan sebagai suatu  ilmu  yang mengkaji mengenai cara-cara mencapai tujuan melalui suatu proses. Dalam bidang pendidikan, metodologi atau metode lebih dapat dipahami sebagai cara menjalankan proses   belajar   mengajar,  sehingga  tujuan   pembelajaran dapat  tercapai
secara optimal.
       Kenyataan menunjukkan bahwa secara umum guru memiliki kecenderungan menggunakan metode ceramah atau diskusi dalam melaksanakan proses belajar mengajarnya, padahal berbagai macam metode sangat-sangat boleh kita gunakan, terlebih jika kita mampu mendekatkan metode yang kita gunakan dengan situasi dan kondisi lingkungan dimana proses belajar kita langsungkan. 
       Penggunaan metode yang sesuai prinsipnya adalah memberi jalan kepada terciptanya situasi belajar yang memungkinkan siswa belajar secara aktif, dimana untuk maksud ini sangat diperlukan dorongan oleh guru. Dorongan ini erat kaitannya dengan upaya memberikan rangsangan terhadap siswa, dengan kata lain rekasi belajar siswa tidak akan muncul apabila rangsangan atau motivasi tidak pernah diterimanya. Reaksi ini tercermin dari kegiatan yang dilakukan dalam belajar. Dorongan untuk melakukan kegiatan itu sendiri muncul dengan sendirinya. Untuk itu kemampuan guru mempertemukan materi pembelajaran dengan kebutuhan siswa melalui metode yang sessuai sangat diperlukan.          
       Metode mengajar yang dimiliki guru diupayakan bervariasi, sehingga siswa dalam kelas yang tipe belajarnya  beragam itu dapat menerima, mencerna, menguasai materi yang diberikan oleh guru seefisien dan seefektif mungkin. Melalui metode mengajar yang bervariasi, diharapkan segenap komponen pelajaran juga dapat tersampaikan.
       Dari uraian di atas, maka penulis mengambil kesimpulan bahwa pengertian metodologi mengajar adalah ilmu yang mempelajari cara-cara untuk melakukan aktivitas yang tersistem dari sebuah lingkungan yang terdiri dari pendidik dan peserta didik untuk saling berinteraksi dalam melakukan suatu kegiatan sehingga proses  belajar  berjalan  dengan  baik  dalam arti tujuan pengajaran tercapai.

2.  Pengertian Mengajar
            Ramsden (1992:111-120), dalam Team Pengembang Ilmu Pendidikan  
     mengemukakan bahwa terdapat tiga konsep teori mengajar dan praktik
     mengajar yang umumnya menjadi kajian para praktisi pendidikan, yaitu :
a.  Teaching as telling or transmission (Mengajar adalah proses menyampaikan atau mentransmissikan sesuatu). Konsep teori mengajar ini menekankan bahwa penyampaian bahan pelajaran merupakan hal yang dominan dalam mewarnai berbagai konsep dan praktik mengajar. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa berdasarkan teori ini focus kegiatan mengajar adalah apa yang akan dilakukan guru terhadap siswa.
b.  Teaching as organizing students activity (Mengajar adalah mengorganisasi kegiatan siswa). Teori ini menyatakan bahwa focus kegiatan mengajar pada prinsipnya adalah bagaimana mengorganisasikan agar siswa melakukan serangkaian aktifitas yang dapat melahirkan pengalaman belajar. Dengan kata lain bahwa mengajar dipandang sebagai proses supervise dengan sejumlah teknik tertentu sehingga siswa dapat belajar.
c.   Teaching as making learning possible (Belajar dan mengajar bagaikan dua sisi mata uang yang tidak dapat dipisahkan). Teori ini mengandung maksud bahwa pada prinsipnya mengajar dan belajar adalah saling berhubungan satu dengan yang lainnya.
Berdasarkan batasan di atas dapat dikemukakan bahwa jika teori pertama
mengajar lebih memfokuskan kepada kegiatan guru, teori kedua mengajar lebih memfokuskan kepada kegiatan siswa, maka pada teori ketiga mengajar justru focus kegiatannya adalah siswa dan guru. Dengan demikian teori ketiga lebih merupakan gabungan berbagai aspek pembelajaran, yaitu antara siapa yang melakukan kegiatan mengajar, apa yang  akan diajarkan, kepada siapa akan diajarkan, dengan cara apa (metode) diajarkan dan bagaimana mengetahui pengajaran itu berhasil atau tidak.
            Pada sisi yang lain Biggs (1991) dalam Adrian (2004) mengemukakan bahwa , seorang   pakar   psikologi  membagi  konsep  mengajar menjadi tiga macam pengertian  yaitu :
a. Pengertian Kuantitatif dimana mengajar diartikan sebagai the transmission of
    knowledge, yakni penularan pengetahuan. Dalam  hal  ini   guru  hanya  perlu
    menguasai    pengetahuan   bidang    studinya  dan   menyampaikan   kepada  
    siswa dengan sebai-baiknya.  Masalah  berhasil  atau  tidaknya  siswa  bukan
    tanggung jawab pengajar.
b. Pengertian institusional  yaitu mengajar berarti .  the efficient orchestration of
    teaching   skills, yakni penataan segala kemampuan mengajar secara efisien.
    Dalam  hal ini  guru  dituntut  untuk  selalu  siap  mengadaptasikan  berbagai
    teknik mengajar terhadap siswa yang  memiliki  berbagai macam tipe belajar
    serta berbeda bakat , kemampuan dan kebutuhannya.
c. Pengertian  kualitatif  dimana  mengajar  diartikan  sebagai the facilitation of
    learning, yaitu upaya membantu memudahkan kegiatan belajar siswa mencari
    makna dan pemahamannya sendiri.
         Dari definisi-definisi mengajar  para pakar di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa mengajar adalah suatu aktivitas yang tersistem dari sebuah lingkungan yang terdiri dari pendidik dan peserta didik untuk saling berinteraksi dalam   melakukan suatu kegiatan sehingga terjadi proses belajar dan tujuan pengajarantercapai.

3.  Metode Mengajar
              Agar tujuan pengajaran tercapai sesuai dengan yang telah dirumuskan oleh pendidik, maka perlu mengetahui, mempelajari beberapa metode mengajar, serta dipraktekkan pada saat mengajar. Beberapa  metode mengajar yang dapat divariasikan oleh pendidik diantaranya :
a.  Metode Ceramah
          Metode ceramah yaitu sebuah metode mengajar dengan menyampaikan informasi dan pengetahuan saecara lisan kepada sejumlah siswa yang pada umumnya mengikuti secara pasif. Muhibbin Syah, (2000) dalam Adrian (2004) mengemukakan bahwa  Metode ceramah  dapat  dikatakan  sebagai  satu-satunya  metode yang paling ekonomis untuk menyampaikan informasi, dan paling efektif dalam mengatasi kelangkaan literatur atau rujukan yang sesuai dengan jangkauan daya beli dan paham siswa. Diantara kelemahan metode ceramah antara lain  :
-      Membuat siswa pasif
-      Mengandung unsur paksaan kepada siswa
-      Mengandung daya kritis siswa
-      Anak didik yang lebih tanggap dari visi visual akan menjadi rugi dan anak didik yang lebih tanggap auditifnya dapat lebih besar enerimanya.
-     Sukar mengontrol sejauhmana pemerolehan belajar anak didik.
-     Bila terlalu lama membosankan.
Sedangkan kelebihan Metode ceramah antara lain  :
-   Guru mudah menguasai kelas.
-     Guru mudah menerangkan bahan pelajaran berjumlah besar
-      Dapat diikuti anak didik dalam jumlah besar/Mudah dilaksanakan
b.  Metode diskusi ( Discussion method )
          Muhibbin Syah ( 2000 ), mendefinisikan  bahwa  metode  diskusi adalah    metode    mengajar   yang sangat erat hubungannya  dengan memecahkan masalah (problem solving). Metode ini lazim juga disebut sebagai  diskusi   kelompok  (group discussion)   dan  resitasi  bersama
 ( socialized recitation ). Umumnya metode diskusi diaplikasikan dalam proses belajar mengajar untuk :
-   Mendorong siswa berpikir kritis.
-     Mendorong siswa mengekspresikan pendapatnya secara bebas.
-     Mendorong siswa menyumbangkan buah pikirnya untuk memcahkan masalah bersama.
-     Mengambil satu alternatif jawaban atau beberapa alternatif jawaban untuk memecahkan masalah berdsarkan pertimbangan yang seksama.
         Kelebihan – kelebihan metode diskusi adalah sebagai berikut :
-     Menyadarkan anak didik bahwa masalah dapat dipecahkan dengan berbagai jalan.
-     Menyadarkan anak didik bahwa dengan berdiskusi mereka saling mengemukakan pendapat secara konstruktif sehingga dapat diperoleh keputusan yang lebih baik.
-     Membiasakan anak didik untuk mendengarkan pendapat orang lain sekalipun berbeda dengan pendapatnya dan membiasakan bersikap toleransi.
         Sedangkan kelemahan metode ini antara lain  :
-     Tidak dapat dipakai dalam kelompok yang besar.
-     Peserta diskusi mendapat informasi yang terbatas.
-     Dapat dikuasai oleh orang-orang yang suka berbicara.
-     Biasanya orang menghendaki pendekatan yang lebih formal


c.  Metode demontrasi ( Demonstration method )
                 Metode demonstrasi adalah metode mengajar dengan cara  memperagakan  barang, kejadian, aturan, dan urutan melakukan suatu kegiatan, baik secara langsung maupun melalui penggunaan media pengajaran yang relevan dengan pokok bahasan atau materi yang sedang disajikan. Metode demonstrasi adalah metode yang digunakan untuk memperlihatkan sesuatu proses atau cara kerja suatu benda yang berkenaan dengan bahan pelajaran. Syaiful Bahri Djamarah, ( 2000).
            Manfaat psikologis pedagogis dari metode demonstrasi adalah :
-     Perhatian siswa dapat lebih dipusatkan
-     Proses belajar siswa lebih terarah pada materi yang sedang dipelajari.
-     Pengalaman dan kesan sebagai hasil pembelajaran lebih melekat dalam
diri siswa
Kelebihan metode demonstrasi sebagai berikut :
-     Membantu anak didik memahami dengan jelas jalannya suatu proses atu kerja suatu benda.
-     Memudahkan berbagai jenis penjelasan .
-     Kesalahan-kesalahan yeng terjadi dari hasil ceramah dapat diperbaiki melaui pengamatan dan contoh konkret, drngan menghadirkan obyek sebenarnya. 
Kelemahan metode demonstrasi sebagai berikut :
-      Anak didik terkadang sukar melihat dengan jelas benda yang akan dipertunjukkan.
-     Tidak semua benda dapat didemonstrasikan
-     Sukar dimengerti bila didemonstrasikan oleh guru yang kurang menguasai apa yang didemonstrasikan.



Metode-metode seperti dikemukakan di atas adalah metode yang umum digunakan oleh sebahagian pendidik saat ini, banyak metode lain yang mungkin dan bisa saja digunakan oleh pendidik, namun dalam hal ini penulis membatasi untuk beberapa metode yang umum digunakan. Pada sisi yang lain prinsipnya kesemua   metode yang digunakan selalu divariasikan dengan metode ceramah, terutama sebagai metode pengantar pembelajaran.
Seperti yang telah dikemukakan di atas, pendidik bias saja mengkombinasikan beberapa metode dalam menyampaikan pesan-pesan pendidikan, yang jelas tujuan sebagaimana telah ditentukan dapat tercapai secara optimal. Khususnya dalam tulisan ini penulis ingin menyampaikan bahwa metode pentokohan atau bermain peran (role play) serta metode eksperimen/demonstrasi, baik yang dikombinasikan dengan metode ceramah (metode bermain  peran) maupun dengan memanfaatkan bahan-bahan yang ada dilingkungan sekolah untuk metode eksperimen/demontrasi, ternyata lebih dapat diterima oleh siswa pada kondisi dan situasi tertentu (sekolah-sekolah yang jauh dari pusat kota).
d..Metode Bermain Peran (Role Play)
              Role play sebagai suatu metode mengajar merupakan tindakan yang dilakukan secara sadar dan diskusi tentang peran dalam kelompok. Di dalam kelas, suatu masalah atau konsep diberikan kepada siswa sehingga siswa bisa
mengenali dan berperan sebagai tokohnya. Teknik  bermain peran (role play), mengajak siswa untuk dapat menjiwai serta mempelajari karakteristik sang tokoh, bahkan guru dapat menggiring peserta didik untuk memahami konsep-konsep yang menjadi andalan sang tokoh.
              Banyak pendidik yang sukar  membedakan antara "role play" dan drama. Meskipun keduanya tampak sama, tetapi mereka sangat berbeda dalam gaya. Perbedaan yang paling menonjol adalah pada pelaksanaannya; drama yang asli biasanya menggunakan naskah, sedangkan role play dalam hal ini menggunakan unsur yang sesungguhnya telah terlebih dahulu telah dikuasai oleh pelakunya (tokohnya), sehingga pada saat diskusi terjadi sang pemeran tokoh benar-benar dapat mempertahankan argument yang seolah-olah adalah
argument sang tokoh.
              Peran (role)  bisa diartikan sebagai cara  seseorang  berperilaku dalam
posisi dan situasi tertentu, dimana  ia  harus  dapat  memberikan  pemahaman materi kepada yang lainnya. Dengan demikian secara langsung sang pemeran tokoh tersebut otomatis telah terlibat dalam pembelajaran secara aktif dan biasanya kesan pembelajaran ini sangat sukar untuk dilupakan.
              Keterlibatan para peserta permainan peran bisa menciptakan baik perlengkapan emosional maupun intelektual pada masalah yang dibahas. Bila seorang guru yang terampil bisa dengan tepat menggabungkan masalah yang dihadapi dengan kebutuhan dalam kelompok, maka kita bisa mengharapkan penyelesaian dari masalah-masalah hidup yang realistis.
              Permainan peran bisa pula menciptakan suatu rasa kebersamaan dalam kelas. Meskipun pada awalnya permainan peran itu tampak tidak menyenangkan, namun ketika kelas mulai belajar saling percaya dan belajar berkomitmen dalam proses belajar, maka "sharing" mengenai analisa seputar situasi yang dimainkan akan membangun persahabatan yang tidak ditemui dalam metode mengajar monolog seperti dalam pelajaran.
              Masalah-Masalah dalam metode bermainan Peran dapat saja terjadi. Mungkin kekurangan utama dari pengajaran melalui permainan peran ini adalah ketidakamanan anggota kelas itu. Beberapa anak mungkin memberikan reaksi negatif dalam berpartisipasi mengenai situasi yang akan dibahas dan mungkin dikritik oleh anggota lain di kelas itu. Permainan peran memerlukan waktu. Diskusi dalam kelas mengenai permainan peran yang dimainkan selama 5 -- 10 menit mungkin bisa membutuhkan waktu yang lebih lama lagi. Kadang-kadang hasil yang benar-benar bermanfaat dapat dicapai. Pada kesempatan yang lain, karena penampilan yang tidak efektif dari pemainnya, atau penanganan yang salah karena guru tidak mempersiapkannya dengan baik, hasilnya mungkin hanya pengulangan yang dangkal dari apa yang sudah diketahui oleh setiap orang mengenai masalah yang dibahas.
              Hubungan antara orang yang ada dalam kelompok merupakan suatu faktor yang penting agar permainan peran bisa berhasil. Kadang-kadang hubungan ini muncul sebagai faktor negatif. Misalnya, kesulitan-kesulitan interpersonal yang pernah dialami oleh anggota kelompok bisa muncul di kelas dan merusak suasana permainan peran. Juga bila kelompok itu terdiri dari orang-orang yang berbeda status, mereka mungkin enggan untuk terlibat karena takut direndahkan di depan anggota lain di kelas itu yang lebih pintar dan terkenal. Manfaat yang paling besar dari metode ini dengan cepat menyeimbangkan kesulitan-kesulitan yang nampaknya sangat nyata dalam tahap-tahap persiapan awal.
              Prinsip-Prinsip Supaya Permainan Peran Bisa Efektif
Sebagai suatu teknik mengajar, permainan peran didasarkan pada filosofi bahwa "Keberadaan siswa adalah sangat bermakna", bukan dalam kata-kata atau simbol-simbol. Konsep diri sangat tepat bila diubah melalui keterlibatan langsung dalam suatu situasi masalah yang realistis dan berhubungan dengan hidup daripada melalui apa yang didengar dari orang lain tentang situasi-situasi itu. Menciptakan suasana mengajar yang bisa membawa perubahan konsep diri membutuhkan pola pengaturan yang berbeda.
Salah satu struktur permainan peran yang mungkin bisa sangat membantu
adalah sebagai berikut.
1. Persiapan
a.    Tentukan masalah
b.    Buat persiapan peran
c.    Bangun suasana
d.    Pilihlah tokohnya
e.    Jelaskan dan berikan pemanasan
f.     Pertimbangkan latihan
2. Menjalankan proses
a. Memainkan
b. Menghentikan sementara bila topic telah menyimpang jauh
c. Melibatkan penonton ( jika perlu)
d. Menganalisa diskusi
e. Mengevaluasi
              Guru harus mengenalkan situasinya dengan jelas sehingga baik tokoh maupun anggota lainnya memahami masalah yang disampaikan. Dalam memilih tokoh, guru yang bijaksana akan mencoba menerima para sukarelawan daripada memberikan tugas. Murid harus menyadari bahwa kemampuan berperan dalam permainan peran ini tidak kaku, tetapi spontan bebas memeragakan tokoh yang muncul dalam situasi tersebut.
Para pemain mungkin dilatih di depan umum sehingga penonton tahu apa yang diharapkan atau mungkin juga pemain dilatih secara pribadisehingga penonton dapat menafsirkan arti dari perilaku mereka. Biarkan kreativitas dari pemainnya berkembang dalam memerankan tokoh dan jangan terlalu kaku pada situasinya.
              Penting untuk mengevaluasi permainan peran dengan tujuan-tujuan yang sudah ditentukan. Mengelompokkan perilaku sering kali dilakukan secara berlebihan dan masuk dalam proses belajar. Evaluasi harus dilakukan pada setiap kelompok dan dalam tingkat-tingkat pribadi, pertanyaan yang
     muncul  seputar kevalidan tujuan utama.Ciptakan suasana di mana tokoh tidak perlu takut untuk membagikan ide-ide, percaya bahwa tidak ada seorang pun yang akan menertawakan masukannya atau dengan kasar
     mengkritik kesimpulannya.
              Peserta yang terlalu memonopoli harus ditegur pada saat diskusi permainan peran supaya dia tidak mendominasi kelompok sehingga justru menghentikan semangat diskusi. Di akhir diskusi, kelompok secara kolektif mengukur keefektivan dalam memberikan solusi terhadap masalah yang diberikan di awal kegiatan. Teknik permainan peran ini memberikan pendekatan untuk melibatkan murid-murid dalam proses belajar mereka sendiri terhadap penjelasan konsep diri, evaluasi perilaku, dan meluruskan perilaku tersebut dengan kenyataan

e. Metode percobaan ( Experimental method )
         Metode percobaan adalah metode pemberian kesempatan kepada anak didik perorangan atau kelompok, untuk dilatih melakukan suatu proses atau percobaan. Metode percobaan adalah suatu metode mengajar yang menggunakan tertentu dan dilakukan lebih dari satu kali. Misalnya di Laboratorium.
Kelebihan metode percobaan sebagai berikut :
a.  Metode ini dapat membuat anak didik lebih percaya atas kebenaran atau
         kesimpulan berdasarkan percobaannya sendiri daripada hanya menerima
         kata guru atau buku.
     b. Anak didik dapat mengembangkan sikap untuk mengadakan studi
         eksplorasi (menjelajahi) tentang ilmu dan teknologi.
     c. Dengan metode ini akan terbina manusia yang dapat membawa
         terobosan- terobosan baru dengan penemuan sebagai hasil percobaan
         yang diharapkan dapat bermanfaat bagi kesejahteraan hidup manusia.
    Kekurangan metode percobaan sebagai berikut :
    a. Tidak cukupnya alat-alat mengakibatkan tidak setiap anak didik tidak
        berkesempatan mengadakan ekperimen.
    b. Jika eksperimen memerlukan jangka waktu yang lama, anak didik harus  
        menanti untuk melanjutkan pelajaran.
c. Metode ini lebih sesuai untuk menyajikan bidang-bidang ilmu dan
        teknologi

BAB  III
PEMBAHASAN

            Berdasarkan kajian yang telah penulis paparkan pada bab I dan II, kiranya dapat dilakukan analisis terhadap hubungan antara mengajar atau pembelajaran dengan metode mengajar. Mengajar pada prinsipnya adalah mentransfer baik pengetahuan maupun nilai kepada peserta didik. Ini mengandung maksud bahwa mengajar bukanlah sekedar mentransfer ilmu melainkan juga mengajarkan nilai-nilai. Dalam konteks mentransfer ilmu, umumnya semua guru akan mampu melakukannya, akan tetapi untuk mengajarkan nilai-nilai kehidupan justru tidak semua guru dapat melakukannya.
            Ternyata semua metode mengajar, mempunyai kelebihan dan kekurangannya. Alangkah bijaksananya jika seorang guru tidak harus terfokus pada satu metode-metode di atas, akan tetapi mengkolaborasikan metode-metode tersebut sesuai dengan kondisi yang dibutuhkan. Sehingga ketika proses pembelajaran sedang berlangsung, akan terlihat hubungan timbal balik yang saling memuaskan antara guru dengan peserta didik, dan menghasilkan tujuan pembelajaran yang berdaya guna.
            Alternatif yang dilakukan oleh seorang guru untuk mensiasati metode dalam mengajar, sangat dianjurkan. Tidak perlu dipersoalkan jika alternatif yang dilakukan ternyata tidak merupakan salah satu dari semua jenis metode mengajar seperti yang sudah dipaparkan di atas. Tapi setidaknya, alternatif pembelajaran yang dilakukan sudah mewakili sedikitnya dari metode-metode pembelajaran sesuai dengan teorinya.  Khusus untuk bidang studi ilmu kimia, sangat diperlukan siasat pembelajaran agar peserta didik lebih mudah memahami konsep materi yang diajarkan. Pada materi yang membutuhkan praktikum langsung, sementara sekolah tidak mempunyai laboratorium IPA, serta alat dan bahan yang tidak memadai, alternatif pembelajaran dengan memanfaatkan bahan-bahan yang ada dilingkungan merupakan langkah utama yang dapat dilakukan oleh seorang guru.
            Guru dituntut untuk kreatif dan inovatif. Selagi masih banyak hal yang dapat dilakukan, tidak ada salahnya ber buat. Merupakan sebuah kebanggaan tersendiri jika hasil kreatifitas sendiri, dapat dinikmati dan disumbangkan untuk hal yang memberikan manfaat terhadap orang lain.
            Oleh karena itu setiap individu pendidik harus dapat merubah pola pembelajaran, dari yang fungsinya hanya mentransfer ilmu ke pendidik yang juga berfungsi sebagai pentransfer nilai kehidupan yang menjadi cikal bakal siswa berprestasi dan berakhlakul karimah di masa yang akan datang. Pada dasarnya semua siswa memiliki potensi yang dapat untuk dikembangkan sejalan dengan tujuan yang telah sebelumnya ditetapkan. Akan tetapi kunci dasar dalam hal ini adalah guru, sebab guru yang lebih memiliki banyak waktu untuk dapat berinteraksi dengan siswa.
            Salah satu pendekatan untuk dapat mengoptimalkan tujuan dimaksud adalah dengan mendesain metode mengajar yang dalam tanda kutip dapat diterima oleh peserta didik. Kesesuaian ini memiliki kecenderungan tumbuhnya minat atau timbulnya motivasi belajar pada diri siswa. Dengan kata lain pendidik diharapkan mampu membuat suasana dimana siswa mau belajar daripada hanya terpaku pada satu metode yang kurang disukai siswa. Untuk itu perlu kiranya pertimbangan seorang pendidik terhadap beberapa factor yang mungkin dapat menjadikan proses belajar mengajar itu lebih efektif, yaitu :
1.    Faktor-faktor yang perlu dipertimbangkan dalam pemilihan metode mengajar diantaranya adalah faktor tujuan pembelajaran, karakteristik materi pelajaran, faktor siswa, faktor alokasi waktu, dan fasilitas penunjang.
2.    Pembelajaran merupakan kegiatan yang bertujuan yang banyak melibatkan aktivitas siswa dan aktivitas guru. Untuk mencapai tujuan pengajaran perlu adanya metode mengajar.
3.    Pemilihan metode mengajar harus mempertimbangkan pengembangan kemampuan siswa yang lebih kreatif inovatif dan dikondisikan pada pembelajaran yang bersifat problematis. Pembelajaran yang memungkinkan siswa belajar secara mandiri dan belajar secara kelompok.
4.    Metode mengajar memiliki fungsi sentral dalam pembelajaran diantaranya yaitu sebagai alat atau cara untuk mencapai tujuan pembelajaran.
5.    Tujuan pembelajaran yang harus dikembangkan berdasarkan ranah tujuan kognitif, afektif dan psikomotor. Ranah tujuan tersebut akan memungkinkan dicapai pada tujuan yang bersifat umum.
6.    Setiap pemilihan metode mengajar harus didasarkan pada hasil kajian antara perilaku yang diharapkan dengan cara yang akan ditempuh dalam pembe-lajaran.
Kenyataan menunjukkan bahwa dalam kelas  yang sama akan terdapat siswa dengan pengalaman belajar yang berbeda, oleh sebab itu perlu juga dipertimbangkan hubungan antara pengalaman belajar dengan metode yang digunakan sebagai berikut :
1.    Penggunaan metode bermain peran (role play) merupakan suatu proses atau hasil kegiatan belajar yang dilakukan siswa untuk mencapai tujuan pembelajaran.
2.    Penggunaan metode ceramah esensinya menyajikan bahan pelajaran secara lisan oleh guru, yang akan membentuk pengalaman belajar dalam kemampuan menyimak, dan pemahaman terhadap informasi dari materi pelajaran yang disajikan.
3.    Penggunaan metode diskusi esensinya menyajikan bahan pelajaran melalui sesuatu problem yang harus diselesaikan secara bersama dibimbing oleh guru, yang akan membentuk pengalaman belajar siswa dalam menjawab persoalan serta belajar secara kerja sama dan membuat suatu keputusan.
4.    Penggunaan metode demonstrasi esensinya menyajikan bahan pelajaran dengan mempertunjukkan secara langsung pada objeknya atau caranya melakukan sesuatu untuk mempertunjukkan sesuatu proses. Pengalaman belajar yang diperoleh melalui metode ini meliputi kemampuan bekerja dan berpikir secara sistematis, dan mengamati objek yang sebenarnya.
5.    Penggunaan metode eksperimen esensinya menyajikan bahan pelajaran melalui percobaan serta mengamati sesuatu proses. Pengalaman belajar yang akan diperoleh adalah menguji sesuatu, menguji hipotesis, menemukan hasil percobaan dan mengembangkan rasa ingin tahu siswa. Dalam membentuk pengalaman belajar siswa cenderung menggunakan metode-metode yang memiliki kadar CBSA (Cara Belajar Siswa Aktif) dan keterampilan proses, serta metode mengajar digunakan secara multi metode dan bervariasi.

















BAB  IV
PENUTUP

1.  Kesimpulan
-     Mengajar bukan hanya sekedar mentransfer pengetahuan kepada siswa namun transfer nilai-nilai kehidupan merupakan bagian terpenting yang yang tidak boleh diabaikan dari suatu proses belajar mengajar.
-     Ketervariasian siswa dengan pengalaman belajar yang berbeda mengharuskan guru sebagai pendidik mampu menyampaikan materi pembelajaran yang sesuai dengan metode serta tituasi dan kondisi tempat siswa mengalami proses pembelajaran.
-     Penggunaan metode yang sesuai dengan materi yang diajarkan menuntut suatu kemampuan khusus dari seorang guru yang meliputi persiapan, pelaksanaan proses, persediaan media serta bahan pendukung lainnya.
-     Khususnya materi pembelajaran yang melibatkan konsep teoritis, metode bermain peran atau pentokohan yang dimodifikasi relative lebih baik daripada hanya dengan metode ceramah.
-     Terhadap materi-materi yang memungkinkan dilaksanakan dengan metode eksperimen/demonstrasi, pemilihan bahan-bahan yang ada dilingkungan cenderung akan lebih dapat dipahami siswa daripada menggunakan bahan racit yang sudah jadi dari toko (farmasi).
2.  Saran
-     Sejalan dengan UU No 14 Tahun 2005 tentang guru dan dosen, diharapkan profesionalisme guru benar-benar dapat kita wujudkan, baik melalui kemampuan pengetahuan maupun dari segi skil yang kita miliki.
-     Sebagai seorang yang professional, guru hendaknya mampu melahirkan ide-ide kreatif serta inovatif dalam rangka tercapainya tujuan Pendidikan Nasional secara optimal.


         
DAFTAR PUSTAKA


Adrian (2004), Metode Mengajar Berdasarkan Tipologi Belajar Siswa (Artikel),
PPs Universitas Negeri Yogyakarta, Yogyakarta.
Drost (1999), Proses Pembelajaran sebagai proses pendidikan , PT. Gramedia
            Widiasarana Indonesia, Jakarta
Hakim (2008), Perencanaan Pembelajaran, Wacana Prima, Bandung.
Johan, Rita. (2004). Berbagai masalah pendidikan di Indonesia, Tabloid PENABUR Jakarta. No. 4 Thn II Edisi April – Juni 2004
Kunandar (2007), Guru Profesional Implementasi KTSP dan Sukses dalam
            Sertifikasi Guru, PT. Raja Grafindo Persada, Jakarta.
Mulyasa (2007), Standar Kompetensi dan Sertifikasi Guru, PT. Remaja
            Rosdakarya, Bandung.
Tampubolon, Daulat P. (2005). Pendidikan bermutu untuk semua. Makalah
Seminar: Meningkakan Mutu Pendidikan Indonesia, 12 Mei 2005.
Jakarta: IBII
Widjaya (1995), Perencanaan sebagai Fungsi Manajemen, Rineka Cipta,
            Jakarta
Wismono (2007), Kimia dan Kecakapan Hidup, Ganeca Exact, Bandung
Zaini, dkk. (2007), Strategi Pembelajaran Aktif, Center for Teaching Staff
            Development, Yogyakarta.





Berikut ini,penulis akan mengangkat beberapa pengalaman mengajar mata pelajaran kimia, dengan metode pembelajaran yang menarik dan alternatif praktikum dengan pemanfaatan bahan-bahan yang ada di lingkungan. Kegiatan tersebut sudah dilaksanakan pada sekolah penulis dan ternyata tujuan pembelajarannya dapat tercapai sesuai dengan yang diinginkan. (LAMPIRAN-LAMPIRAN).





Lampiran-lampiran

1.  PERKEMBANGAN MODEL ATOM
Materi  pokok                                  :   Model-model atom ( kelas X sm.1)
Tujuan Pembelajaran                 :   Siswa mengetahui perkembangan model atom dengan
                                              cara bermain peran.
Metode                                   :  Bermain peran dan Diskusi pendalaman materi  melalui
                                              kerja   kelompok.
Waktu                                     :   90 menit.
Media Pembelajaran           :
1.    Siapkan 6 (enam) lembar karton berukuran besar dan siapkan juga gulungan kertas nomor undian 1 s/d 6,  Fotocopy rangkuman teori atom untuk dibagikan kepada siswa.
2.    Karton 1,tuliskan dengan teori atom John Dalton
3.    Karton 2, tuliskan dengan teori atom JJ Thomson.
4.    Karton 3, tuliskan dengan teori atom Rutherford
5.    Karton 4, tuliskan dengan teori atom Niels Bohr
6.    Karton 5, tuliskan dengan teori atom modern( de Broglie, Heinsenberg dan Schrodenger).
7.    Karton 6, tuliskan dengan teori atom James  Chadwick.
8.    Setiap teori atom yang dibuat harus dilengkapi dengan gambar pencetus teori atom yang bersangkutan.
9.    Semua karton yang sudah disiapkan, digulung hingga tulisan yang berisikan teori atom tadi berada di sebelah dalam karton.
10. Pada bagian luar karton yang  sudah digulung, tulislah urutan nomor dan tahun sebagai berikut :
-          Karton nomor 1, tuliskan tahun 1808
-          Karton nomor 2, tuliskan tahun 1897
-          Karton nomor 3, tuliskan tahun 1911
-          Karton nomor 4, tuliskan tahun 1913
-          Karton nomor 5, tuliskan tahun 1924 s/d 1927
-          Karton nomor 6, tuliskan tahun 1932

Kegiatan pembelajaran          :  ( lebih bagus dilakukan diluar kelas):
1.    Buatlah kelompok siswa menjadi 6 (enam) kelompok dan semua kelompok diarahkan untuk mengikuti permainan secara cermat.
2.    Sebagai motivasi, kepada setiap kelompok nantinya akan diberikan evaluasi dengan diharuskan menjawab pertanyaan dari guru, dengan catatan kelompok yang mendapat peran teori atom “John Dalton” misalnya, harus menjawab pertanyaan yang bukan teori atom “John Dalton”.
3.    Sekarang, perintahkan kepada semua kelompok untuk memempati posisi masing-masing yang mereka pilih dan mintalah salah satu wakil kelompok untuk mengambil gulungan kertas undian pada guru.
4.    Bagikan gulungan karton teori atom kepada setiap kelompok sesuai dengan nomor undian,( misalnya nomor undian 1 mendapatkan gulungan karton nomor 1, bertuliskan tahun 1808, berisi teori atom John Dalton).
5.    Kegiatan 1 s/d 4 membutuhkan waktu ±5 menit.
6.    Mintalah kepada setiap kelompok mengamati, mempelajari isi gulungan kertas masing-masing selama ± 15 menit dan mulai berperan sesuai dengan peranannya.
Ingatlah, guru selalu harus menekankan kepada anggota kelompok untuk berpartisipasi semuanya secara aktif.
7.    Sekarang, lakukan permainan bermain peran sebagai berikut :
7.a   Guru memanggil salah satu anggota kelompok ( boleh ditunjuk guru atau ditunjuk oleh kelompoknya), dengan teriakan “ Rutherford” misalnya, atau teriakan “ tahun 1911” misalnya, untuk berlari menempati posisinya. Wakil dari kelompok “ Rutherford” atau “tahun 1911”, tentu akan berlari menempati posisi urutan ke 3 atau di barisan ke 3,.
Bagi wakil kelompok yang salah menempati posisinya, akan diberikan sanksi yang menghibur untuk membuat permainan ini menarik.
( langkah 7.a ini boleh diulangi 2 s/d 3, sampai guru yakin bahwa siswa sudah mampu mengingat urutan pencetus teori atom baik nama maupun tahunnya ).
7.b   Guru memberikan kesempatan kepada masing-masing kelompok untuk mempromosikan teori atom masing-masing dan berperan seolah-olah pencetus teori atom yang sebenarnya, selama ± 5 menit per kelompok, dengan gaya , bahasa dan pemahaman sendiri.
8.  Guru mengarahkan/ memberikan penegasan terhadap promosi teori atom oleh kelompok,  agar   siswa  tidak mempunyai  tafsiran yang salah terhadap materi.
9.  Guru membagikan rangkuman materi yang berisikan tentang semua teori atom, kepada masing-masing kelompok.
10. Guru memberikan evaluasi dengan mengajukan pertanyaan yang ditujukan kepada kelompok dan dijawab secara tertulis untuk dikumpulkan.
( Pertanyaan tentang teori atom “Rutherford” misalnya, harus dijawab oleh kolompok yang tidak memerankan tokoh “Rutherford”, begitu seterusnya.).
  11.Media belajar berupa gulungan karton yang sudah disiapkan guru juga dapat digunakan untuk contoh PR kelompok dan setelah siswa selesai membuatnya, dapat ditempel di dinding kelas.


2.  KONFIGURASI ELEKTRON DAN
ELEKTRON VALENSI

Materi pokok  :     Konfigurasi Elektron dan Electron Valensi

Prinsip            :     Konfigurasi electron adalah penataan electron dalam atom.
                                 Konfigurasi electron ditentukan oleh jumlah electron. Electron
                                 bergerak mengelilingi inti pada lintasan yang disebut kulit. Kulit
                                 pertama dinamakan kulit K, kulit kedua  dinamakan kulit L, dan
                                 seterusnya hingga kulit terakhir yaitu Q. Pengaturan pengisian
                                 jumlah electron per kulit berdasarkan pengisian jumlah jumlah
                                 electron maksimum yang dirumuskan oleh Pauli yaitu  2n2.
                                 Elektron valensi menunjuikkan jumlah electron pada kulit terluar
                                 dari suatu atom. Cara menentukan electron valensi yaitu dengan
                                 menuliskan  konfigurasi electron. Jumlah electron pada kulit
                                 yang paling luar merupakan jumlah electron valensi.,
Tujuan pembelajaran                                :
-  Siswa mengetahui cara menempatkan atom-atom  dalam kulitnya sesuai rumus
    2n2.
-  Siswa dapat menentukan kulit terluar pada suatu atom
Metode                                  :     Bermain
Waktu                                    :     90 menit.
Cara bermain   :
1.    Terlebih dahulu guru memberikan informasi tentang rumus  2n2  serta cara
penempatan atom-atom dalam lintasan K,L,M dan N, juga tentang penentuan electron terluar suatu atom.
2.    Kemudian guru memilih beberapa siswa siswi untuk menjadi kelompok lintasan K , kelompok lintasan L , kelompok lintasan M  dan kelompok lintasan N yang jumlah siswanya per kelompok lintasan harus melebihi dari jumlah seharusnya yang didasarkan pada jumlah electron 2n2.  Hal ini dilakukan agar terjadi variasi antar siswa ketika siswa berlari merebut posisi yang menjadi tugasnya. Kemudian guru memberikan aba-aba agar bersiap-siap lari menempati posisi masing-masing yang sesuai. Bagi kelompok K,L,M dan N yang salah menempati posisi yang sesuai , berikan sanksi yang menghibur agar suasana belajar menyenangkan.
3.    Guru memberikan aba-aba misalnya : “ Bentuk formasi konfigurasi unsur
      Magnesium dengan nomor atom 12,”,” hitungan mundur dari 3 ke 1, jika ada
      yang salah maka kena hukum, tigaaaaaa…..dua……….satuuuuuu,”.
4.    Barisan yang segera dibuat oleh siswa tentu dimulai dari kelompok lintasan K 
sejumlah 2 orang, diikuti oleh kelompok lintasan L sejumlah 8 siswa dan kelompok lintasan M sejumlah 2 siswa, karena konfigurasi electron Mg (Z=12) adalalah 2)8)2. Ketika semua kelompok lintasan sudah berada di posisi yang sesuai, maka kelompok lintasan yang berada di posisi electron valensi atau electron terluar segera berteriak,” kami electron valensinya”.
5.    Sekarang lakukan permainan seperti itu untuk unsure yang bernomor atom besar, contohnya  Kr (Z=36). Konfigurasinya seharusnya adalah 2)8)18)8  atau secara berurutan lintasannya adalah kulit K)L)M)N. Ulangi kembali langkah kerja 3 dan 4. Yang harus diingat, permainan ini hanya dapat dilakukan untuk membuat formasi unsure dengan nomor atom dibawah 40, karena jumlah siswa per kelas rata-rata antara 35 s/d 40. Jika guru ingin menunjukkan formasi dengan nomor atom lebih besar(di atas 50) kepada siswa, bisa dilakukan dengan menggabungkan siswa dari kelas lain( sesuaikan dengan kondisi).


3.    Menanamkan Pemahaman Konsep Konsentrasi Pada Siswa


1.    Prinsip                 : Konsentrasi larutan adalah pekat/kental atau encernya
                             suatu larutan. Dalam ilmu kimia, konsentrasi
                             dilambangkan dengan M(Molaritas) yang menyatakan
                             banyaknya mol zat terlarut dalam 1 liter larutan.
2.    Metode                :  Demontrasi
3.    Media belajar     :  -  Gelas kaca sebanyak  3  buah
   -  sendok makan 3 buah
   -  gula pasir ± 12 sendok makan
  -   air ± 3 gelas  pendek
4.    Cara kerja                                   : 
o   4a. Siapkan 3 buah gelas duralex pendek, masing-masing gelas diberi 
      label A,B dan C.
o   4b. Gelas A di beri label lagi dengan “ sangat kental“ 3 M.
o   4c. Gelas B diberi label lagi dengan “ kental “ 2 M.
o   4d. Gelas C diberi label lagi dengan “ kurang kental “ 1 M.
o   4e. Tunjuklah 3 siswa untuk melakukan demonstrasi sesuai arahan 
      guru dan informasikan terlebih dahulu kepada semua siswa bahwa
      yang akan didemonstrasikan adalah tentang konsentrasi.
o   4f.  Mintalah kepada siswa yang memegang gelas A, untuk
      mencampurkan 6 sdm gula pasir dengan air sebanyak ¼ gelas
      duralex pendek.
o   4g. Mintalah kepada siswa yang memegang gelas B, untuk
      mencampurkan 4 sdm gula pasir dengan air sebanyak  ½  gelas
      duralex pendek.
o   4h.Mintalah kepada siswa yang memegang gelas C, untuk
     mencampurkan 2 sdm gula pasir dengan air sebanyak  1 gelas
     duralex pendek.
o   4.i  Informasikan kepada siswa bahwa konsentrasi 3M, 2M dan 1M
      hanya pemisalan saja, agar siswa dapat menyimpulkan bahwa
      semakin tinggi angka, maka makin kental larutan atau
      konsentrasinya tinggi.
o   4j.   Ajaklah siswa untuk menyimpulkan demontrasi yang baru saja
      dilakukan
5.    Kesimpulan
Setelah demontrasi selesai, dibawah bimbingan guru siswa dapat menyimpulkan bahwa :
o   Konsentrasi adalah pekat atau encernya suatu larutan
o   Konsentrasi larutan dipengaruhi oleh banyaknya zat terlarut dan pelarut.
o   Semakin banyak zat terlarut dan semakin sedikit pelarut, maka larutan semakin kental dan larutan tersebut  berkonsentrasi tinggi.
o   Semakin sedikit  zat terlarut dan semakin banyak pelarut, maka larutan semakin encer dan larutan tersebut  berkonsentrasi rendah.
o   Apabila di urutkan larutan HCl 3 M, HCl 2 M dan HCl 1 M, secara berurutan dari kiri ke kanan, konsentrasinya semakin berkurang atau larutannya semakin encer.



4.    PENGARUH KONSENTRASI TERHADAP LAJU REAKSI


1.Prinsip            :   
Reaksi kimia akan berlangsung lebih cepat atau laju reaksi semakin besar jika konsentrasi zat yang bereaksi semakin besar. Hal ini disebabkan semakin besar konsentrasi pereaksi, maka semakin banyak partikel-partikel zat yang bereaksi. Akibatnya, kemungkinan tumbukan yang berhasil maka semakin banyak zat baru yang terbentuk. Dengan demikian, reaksi semakin cepat berlangsung.
2.Tujuan percobaan          : - mengamati pengaruh konsentrasi  terhadap laju reaksi.
3.Metode                   :-  Demontrasi
4.Alat dan bahan    :  -  Gelas kaca  sebanyak  2  buah
   -  sendok makan 2 buah
   -  asam cuka 1 botol kecil (tidak diencerkan)
   -  asam cuka 1 botol kecil + 3 botol air ( diencerkan )
     (botol yang digunakan botol cuka itu sendiri).
   -  2 buah kulit telur yang dihaluskan
 
5.Cara kerja                          : 
o   5a. Siapkan 2 buah gelas duralex pendek, masing-masing gelas diberi 
      label A dan B .
o   5b. Gelas A di isi dengan larutan asam cuka sebanyak  1 botol.
o   5c. Gelas B di isi dengan larutan asam cuka yang diencerkan.(sebanyak  1 botol cuka + 3 botol air)­­­­­­­­­
o   Dalam waktu yang bersamaan, ke dalam gelas A dan gelas B, masukkan kulit telur  yang sudah dihaluskan, sebanyak 1 sdm.
o    5d. Catatlah waktu mulai kulit telur dimasukkan ke gelas A dan B, sampai kulit telur habis bereaksi semuanya.




o   5e. Ajaklah siswa untuk menyimpulkan  pengaruh konsentrasi terhadap laju reaksi. ( sebelumnya guru sudah menjelaskan kepada siswa, bahwa :
o   Cuka yang tidak diencerkan adalah larutan mempunyai konsentrasi yang tinggi(besar)/lebih pekat.
o   Cuka yang  diencerkan adalah larutan mempunyai konsentrasi yang rendah(kecil)/lebih encer.

o   6.Kesimpulan
Setelah demontrasi selesai, dibawah bimbingan guru siswa dapat menyimpulkan bahwa :
o   Cuka yang tidak diencerkan adalah larutan mempunyai konsentrasi yang tinggi(besar)/lebih pekat.
o   Cuka yang  diencerkan adalah larutan mempunyai konsentrasi yang rendah(kecil)/lebih encer.
o   Semakin tinggi/besar konsentrasi larutan , maka laju reaksi semakin cepat dan waktu yang dibutuhkan lebih sedikit, begitu juga sebaliknya.







5.    PENGARUH SUHU TERHADAP LAJU REAKSI

1.Prinsip            :   
Kenaikan suhu atau temperatur berpengaruh besar pada kenaikan pergerakan partikel-partikel, sehingga laju reaksi makin besar. Kenaikan suhu reaksi juga mengakibatkan bertambahnya energi kinetik molekul-molekul pereaksi, sehingga energi kinetiknya melebihi harga energi aktifasi. Hal inilah yang menyebabkan reaksi berlangsung lebih cepat.
2.Tujuan percobaan          : - mengamati pengaruh suhu  terhadap laju reaksi.
3.Metode                   :-  Demontrasi
4.Alat dan bahan    :  -  Gelas kaca  sebanyak  2  buah
   -  sendok makan 2 buah
   -  air panas ½ gelas
   -  air dingin ½ gelas
   -  gula pasir 2 sdm
  
 
5.Cara kerja                          : 
o   5a. Siapkan 2 buah gelas duralex pendek, masing-masing gelas diberi 
      label A dan B .
o   5b. Gelas A di isi dengan air dingin
o   5c. Gelas B di isi dengan air panas
o   Dalam waktu yang bersamaan, ke dalam gelas A dan gelas B, larutkan gula pasir, sebanyak 1 sdm. Diaduk!
o    5d. Catatlah waktu mulai pada saat gula pasir  dimasukkan ke gelas A dan B, sampai gula pasir  habis bereaksi semuanya.




o   5e. Ajaklah siswa untuk menyimpulkan  pengaruh suhu terhadap laju reaksi.

o   6.Kesimpulan
Setelah demontrasi selesai, dibawah bimbingan guru siswa dapat menyimpulkan bahwa :
o   Semakin tinggi/besar suhu larutan , maka laju reaksi semakin cepat dan waktu yang dibutuhkan lebih sedikit, begitu juga sebaliknya.



                                    :











  










6.    Pengaruh luas permukaan terhadap laju reaksi

1.Prinsip                   :
“ . laju reaksi dipengaruhi oleh luas permukaan bidang sentuh antara zat-zat yang bereaksi. Luas permukaan zat yang semakin besar, akan menyebabkan julah tabrakan antar zat yang bereaksi juga semakin besar, sehingga laju reaksi akan berlangsung semakin cepat, begitupun sebaliknya”.
2.Tujuan percobaan          : - mengamati pengaruh luas permukaan zat terhadap laju reaksi.
3.Metode                   :-  Demontrasi
4.Alat dan bahan    :             -  Gelas duralex  pendek  sebanyak  2  buah
   -  sendok makan 2 buah
              -  asam cuka 1 botol kecil
  -  1 buah kulit telur yang dihaluskan
  - 1 buah kulit telur yang tidak dihaluskan
5.Cara kerja                          : 
o   5a. Siapkan 2 buah gelas duralex pendek, masing-masing gelas diberi 
      label A dan B .
o   5b. Gelas A dan gelas B, masing-masing di isi dengan larutan asam cuka sebanyak 5 sdm.
o   5c. Dalam waktu yang bersamaan, ke dalam gelas A dan gelas B, masukkan kulit telur. Pada gelas A, masukkan kulit telur yang sudah dihaluskan. Pada gelas B, masukkan kulit telur yang tidak dihaluskan.
o   5d. Catatlah waktu mulai kulit telur dimasukkan ke gelas A dan B, sampai kulit telur habis bereaksi semuanya.




o   5e. Ajaklah siswa untuk menyimpulkan  pengaruh luas permukaan sentuhan terhadap laju reaksi. ( sebelumnya guru sudah menjelaskan kepada siswa, bahwa kulit telur yang dihaluskan mempunyai luas permukaan lebih besar, sedangkan kulit telur yang tidak dihaluskan mempunyai luas permukaan ya ng lebih kecil.

7.    Kesimpulan
Setelah demontrasi selesai, dibawah bimbingan guru siswa dapat menyimpulkan bahwa :
o   Kulit telur utuh memiliki luas permukaan yang kecil
o   Kulit telur yang dihaluskan memiliki luas permukaan yang besar
o   Semakin luas permukaan zat, maka laju reaksi semakin cepat dan waktu yang dibutuhkan lebih sedikit, begitu juga sebaliknya.
















7.REAKSI EKSOTERM DAN REAKSI ENDOTERM

1.Prinsip            :   
Reaksi endoterm adalah reaksi yang disertai dengan perpindahan kalor dari lingkungan ke sistem ( kalor diserap oleh sistem dari lingkungannya ); ditandai dengan adanya penurunan suhu lingkungan di sekitar sistem.
 Reaksi eksoterm adalah reaksi yang disertai dengan perpindahan kalor dari sistem ke lingkungan ( kalor dibebaskan oleh sistem ke lingkungannya ); ditandai dengan adanya kenaikan suhu lingkungan di sekitar sistem.
2.Tujuan percobaan          : - mengamati proses terjadinya reaksi eksoterm dan rekasi endoterm.
3.Metode                   :-  Demontrasi
4.Alat dan bahan    :  -  Gelas duralex  pendek  sebanyak  2  buah
   -  sendok pengaduk 2 buah
   -  kapur sirih sebanyak 1 sdm
   -  pupuk urea sebanayak 1 sdm
   -  air murni 1 gelas.
 
5.Cara kerja                          :
- reaksi eksoterm                  :
o   5a. ke dalam gelas duralex, larutkan 1 sdm kapur sirih dengan ¼ gelas air.
o   Pegang dinging gelas, rasakan perubahan suhunya dan amati perubahan yang terjadi. Catat!






- reaksi endoterm                 :                       :
o   5b. ke dalam gelas duralex, larutkan 1 sdm urea dengan ¼ gelas air.
o   Pegang dinging gelas, rasakan perubahan suhunya dan amati perubahan yang terjadi. Catat!
o   5c. Ajaklah siswa untuk menyimpulkan  reaksi eksoterm dan reaksi eksoterm ( sebelumnya guru sudah menjelaskan kepada siswa, bahwa :
o   Reaksi eksoterm selalu ditandai dengan peningkatan suhu(panas)
o   Reaksi endoterm selalu ditandai dengan penurunan suhu(dingin)

o   6.Kesimpulan
Setelah demontrasi selesai, dibawah bimbingan guru  siswa dapat menyimpulkan bahwa :
o   Reaksi eksoterm adalah reaksi yang disertai oleh kenaikan suhu (panas)
o   Reaksi endoterm  adalah reaksi yang disertai oleh penurunan suhu (dingin)
                       
                                    :












8.    IDENTIFIKASI ASAM DAN BASA DENGAN INDIKATOR ALAMI

1.Prinsip            :    indikator yang biasa digunakan di laboratorium kimia, baik kertas lakmus, indikator asam dan basa, merupakan indikator buatan. Pengujian asam dan basa dapat di juga diidentifikasikan dengan menggunakan indikator alami. Indikator yang dimaksud dapat dibuat dari bumbu dapur yang sehari-hari kita pakai, bunga dan buah-buahan. Bahan-bahan yang dapat digunakan untuk indikator alami adalah kunyit, bunga kembang sepatu, kulit manggis, bawang bombay, bunga-bungaan warna ungu, bunga kantin merah, bunga matahari, sereh. Semua indikator alami tersebut akan mengalami perubahan warna, baik di dalam asam dan basa, sama halnya dengan hasil yang diperoleh jika diuji dengan indikator yang ada di laboratorium ( phenolphatalien, brom tymol blue, metil red ).


2.Tujuan percobaan          : - mengidentifikasi larutan yang termasuk ke dalam asam dan basa dengan menggunakan indikator alami.
3.Metode                   :-  Demontrasi
4.Alat dan bahan    :  -  aqua gelas bekas  sebanyak  10  buah
   -  sendok pengaduk 10 buah
   -  larutan kapur sirih  ½ gelas( 1 sdm kapur sirih + ½ gelas air)
   -  larutan rinso  ½ gelas ( 1 sdm rinso + ½ gelas air )
   -  larutan soda kue  ½ gelas( 1 sdm soda + ½ gelas air )
   -  air abu sebanyak ½ gelas
   -  air jeruk nipis ½ gelas(  5 buah air jeruk nipis + air ½ gelas)
   -  indikator kunyit
   -  indikator bunga kantin merah
   -  indikator  bunga ungu

5.Cara kerja                          :
o   5a. buatlah larutan indikator kunyit dengan cara menghaluskannya dan peras saripatinya.
o   5b. buatlah larutan indikator bunga ungu  dengan cara menghaluskannya dan peras saripatinya.
o   5c. buatlah larutan indikator bunga kantin merah   dengan cara menghaluskannya dan peras saripatinya.
o   5d.lakukan uji identifikasi terhadap kelima larutan yang akan diuji, apakah termasuk larutan asam atau basa, dengan cara :
5e. Larutan rinso di masukkan ke dalam 3 gelas aqua, kemudian masing-masing gelas diteteskan dengan  indikator kunyit (gelas 1), indikator bunga ungu(gelas 2) dan indikator bunga kantin merah(gelas 3).
-          Catatlah perubahan warna yang terjadi ketika sudah diteteskan indikator di atas.
5f. Larutan kapur sirih  di masukkan ke dalam 3 gelas aqua, kemudian masing-masing gelas diteteskan dengan  indikator kunyit (gelas 1), indikator bunga ungu(gelas 2) dan indikator bunga kantin merah(gelas 3).
-           Catatlah perubahan warna yang terjadi ketika sudah diteteskan indikator di atas.
5g. Larutan soda kue  di masukkan ke dalam 3 gelas aqua, kemudian masing-masing gelas diteteskan dengan  indikator kunyit (gelas 1), indikator bunga ungu(gelas 2) dan indikator bunga kantin merah(gelas 3).
-          Catatlah perubahan warna yang terjadi ketika sudah diteteskan indikator di atas.
5h. Larutan air abu  di masukkan ke dalam 3 gelas aqua, kemudian masing-masing gelas diteteskan dengan  indikator kunyit (gelas 1), indikator bunga ungu(gelas 2) dan indikator bunga kantin merah(gelas 3).
-          Catatlah perubahan warna yang terjadi ketika sudah diteteskan indikator di atas.
5i. Larutan jeruk nipis di masukkan ke dalam 3 gelas aqua, kemudian masing-masing gelas diteteskan dengan  indikator kunyit (gelas 1), indikator bunga ungu(gelas 2) dan indikator bunga kantin merah(gelas 3).
-          Catatlah perubahan warna yang terjadi ketika sudah diteteskan indikator di atas.
-          5j.  Contoh tabel pengamatan
No
Jenis larutan
Jenis indikator yang diteteskan
Warna awal indikator
Warna setelah penambahan indikator
Kesimpulan
1
Larutan Rinso





2
Larutan Kapur sirih




3
Larutan soda kue





4
Larutan air abu





5
Larutan jeruk nipis














o   6.Kesimpulan
Setelah demontrasi selesai, dibawah bimbingan guru , ajaklah siswa untuk menyimpulkan termasuk ke dalam larutan asam atau basa kah kelima larutan yang diuji di atas? (sebelumnya guru sudah menginformasikan kepada siswa, tentang perubahan warna ke 3 indikator di atas dalam larutan asam dan larutan basa).

                       
                                    :